Senin, 17 Juni 2013

TUGAS SOFTSKILL 2

ARLYO FEBRO/ 22209246/ 4eb19

MASALAH EKONOMI DI NEGARA BERKEMBANG

Setelah memahami apa yang dimaksud dengan masalah ekonomi, kini kita akan mencoba menemukan hubungan yang nyata dari masalah ekonomi ini dengan kehidupan kita sehari-hari sebagai individu dalam lingkungan keluarga, lingkungan masyarkat, lingkungan negara bahkan lingkungan dunia. Setia hari kita selalu dihadapkan dengan masalah ekonomi. Dengan jumlah uang yang ia miliki, seorang pelajar harus menetukan apakah ia akan membeli buku, nonton bioskop, atau menraktir teman-temannya. Tidak hanya pelajar yang menghadapi masalah seperti ini. Orang tua, guru, pegawai negeri juga mengahadapi masalah yang sama. Orang tua kita harus mengambil keputusan yang terbaik dalam mengalokasikan penghasilan mereka untuk membeli kebutuhan pokok keluarga, membiayai pendidikan anak-anaknya, juga membiayai kesehatan seisi keluarga.
Bila kita tarik lebih jauh lagi, negara kita pun menghadapi masalah ekonomi. Sebagai contoh, pemerintah Indonesia, dalam hal ini Bank Indonesia setiap harinya harus menentukan banyak jumlah uang yang perlu dikeluarkan guna mengerakkan perekonomian negara. Begitu pula dengan Direktorat Jenderal Pajak yang harus bekerja keras untuk meningkatkan pemasukan pajak guna pembiayaan pembangunan, serta berbagai instansi yang lain juga harus memainkan perannya dengan baik agar roda perekonomian bangsa bisa terus berputar. Dalam lingkup yang lebih luas dapat dikatakan bahwa seluruh warga negara beserta pemerintah menghadapi masalah ekonomi.
Pertanyaannya kini, sebagai negara berkembang, apakah masalah-masalah ekonomi yang dihadapi oleh negara seperti Indonesia sama dengan masalah-masalah ekonomi yang dihadapi oleh negara maju? Sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), negara kita Indonesia termasuk negara ke dalam negara berkembang. Atas dasar apakah sebuah negara dapat dikelompokkan menjadi negara berkembang? Menurut Michael P. Todaro, seorang profesor ilmu ekonomi di New York University, dalam bukunya yang berjudul Economic Developments, ada 16 masalah utama yang dihadapi oleh negara-negara tersebut, ke 16 masalah itu adalah:

1. Standar Hidup yang Rendah
Pada hampir semua negara berkembang, standar hidup (levels of living) dari sebagian penduduknya sangat rendah. Sebutan rendah itu bukan hanya dalam pengertian global, yakni bila dibandingkan dengan standar hidup orang-orang di negara kaya, namun juga di dalam domestik, yakni bila dibandingkan dengan hidup gaya hidup golongan elit di negara mereka sendiri. Standar hidup yang rendah tersebut diwujudkan dalam bentuk jumlah pendapatan yang sedikit, perumahan yang kurang layak, bekal pendidikan yang minim, atau bahkan tidak ada dan peluang mendapatkan pekerjaan yang sangat rendah.

2. Pendapatan Nasional per Kapita
Angka total pendapatan atau produk nasional bruto (GNP-Gross National Products) per kapita merupakan konsep yang paling sering dipakai untuk ukuran tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk di suatu negara. Konsep GNP itu sendiri merupakan indikator atas besar-kecilnya aktivitas perekonomian secara keseluruhan. GNP adalah nilai moneter (dalam satuan uang) atas segenap kegiatan ekonomi yang dimiliki oleh penduduk suatu negara. Seperti yang dapat kalian lihat dalam grafik berikut ini, Indonesia menempati posisi terendah.

3. Tingkat Pertumbuhan Relatif Pendapatan Nasional dan Pendapatan per Kapita
Di samping tingkat pertumbuhan pendapatan per kapitanya yang begitu rendah, pertumbuhan pendapatan nasional (GNP) di banyak negara-negara berkembang (atau yang lebih dikenal dengan istilah Negara-negara Dunia Ketiga) lebih rendah daripada yang dicapai oleh negara-negara maju. Negara-negara Dunia ketiga ini pada umumnya mengalami kemerosotan pertumbuhan ekonomi yang cukup tajam selama periode 1980-an. Selama dekade 1980-an dan awal dekade 1990-an, kesenjangan pendapatan (income gap) antara negara kaya dan negara miskin semakin dalam kecepatan yang sangat tinggi.

4. Distribusi Pendapatan Nasional
Terus melebarnya kesenjangan tingkat pendapatan per kapita antara negara-negara miskin bukanlah merupakan satu-satunya wujud melebarnya perbedaan waktu antara kelompok negara-negara kaya dan miskin. Hal penting yang harus diketahui adalah bahwa tingkat pendapatan dari semua negara memang tidak sama. Sampai batas tertentu, selalu terdapat kesenjagan pendapat (income inequality). Antara orang kaya dan miskin di semua negara baik negara-negara maju maupun negara berkembang pasti terdapat perbedaan atau kesenjangan pendapatan. Hanya saja, ketimbang dinegara-negara berkembang ternyata jauh lebih parah atau lebih besar daripada yang ada di negara-negara maju.

5. Tingkat Kemiskinan
Tinggi rendahnya tingkat kemiskinan di suatu negara tergantung pada faktor utama, yakni tingkat (1) pendapatan nasional rata-rata, dan (2) lebar sempitnya kesenjangan dalam pembagian pendapatan. Jelas, bahwa setinggi apa pun tingkat pendapatan nasional per kapita yang dicapai oleh suatu negara, selama pembagian pendapatan nasional per kapita yang dicapai oleh suatu negara, selama pembagiannya pendapatan merata, maka tingkat kemiskinan di negara tersebut pasti akan tetap parah. Demikian pula sebaliknya, semerata apa pun distribusi pendapatan di suatu negara, jika pendapatan nasional rata-ratanya tidak mengalami perbaikan, maka kemelaratan akan semakin luas.

6. Kesehatan
Selain harus membanting tulang untuk mendapatkan penghasilan yang tidak seberapa, banyak penduduk di negara Dunia ke tiga yang masih harus bejuang melawan kekurangan gizi dan hama penyakit. Tidak sedikit yang kemudian terpaksa menyerah, mati karena penyakit atau malnutrisi (kekurangan gizi). Meskipun kondisi kesehatan di banyak negara berkembang sudah mengalami perbaikan berarti sejak tahun 1960, namun pada kenyataannya, pada tahun 1998 rata-rata usia harapan hidup di negara-negara yang paling terbelakang di dunia hanya mencapai 48 tahun; bandingkan dengan usia 63 tahun di negara-negara Dunia Ketiga lainnya, dan usia 75 tahun di negara-negara maju. Tingkat kematian bayi (infant mortality rates), yakni jumlah anak usia yang mati sebelum berusia 1 tahun untuk setiap 1000 kelahiran, di negara-negara yang paling terbelakang rata-rata mencapai 96; sedangkan di negara berkembang lainnya mencapai 64, dan 8 di negara-negara maju.
Pada pertengahan tahun 1970-an, lebih dari satu miliyar penduduk atau hampir 50 persen penduduk negara-negara Dunia Ketiga (tidak termasuk Cina) menderita kekurang gizi. Sepertiga dari jumlah tersebut terdiri dari anak-anak berusia di bawah dua tahun. Mereka adalah penduduk dari negara-negara termiskin dengan tingkat pendapatan yang paling rendah. Pada masa 1990-an keadaan ini bahkan terus memburuk. Terutama di kawasan Afrika sub Sahara. Pada penduduk kawasan ini bahkan sering tidak memiliki sesuatu sekedar untuk mengganjal perut . wabah kelaparan telah melanda Afrika hingga berlarut-larut. Di Asia dan Afrika, lebih dari 60 persen penduduknya tidak mampu memenuhi kebutuhan kalori minimum yang diperlukan untuk hidup sehat. Diperkirakan bahwa kekurangan kalori tersebut sebenarnya bisa ditutup dengan 2 persen total padi-padian dunia. Hal ini bertentangan dengan pendapat umum yang menyatakan bahwa kekurangan gizi diakibatkan oleh terbatasnya produk bahan pangan dunia. Jadi sebenarnya yang menjadi penyebab timbulnya kelaparan dan kekurangan gizi bukanlah keterbatasan produksi bahan pangan, melainkan ketimpangan penyaluran bahan pangan sedunia. Secara umum dapat dikatakan bahwa kekurangan gizi dan buruknya kondisi di negara berkembang lebih disebabkan oleh kemiskinan, dan bukannya oleh kelangkaan produksi makanan, walaupun kedua faktor tersebut secara tidak langsung berkaitan .

7. Pendidikan
Di sebagian besar negara-negara Dunia ketiga, penyediaan fasilitas pendidikan dasar menjadi prioritas utama. Namun demikian, anggaran pengeluaran negara masih belum sepenuhnya diprioritaskan pada sektor ini. Walaupun jumlah penduduk usia sekolah yang telah menikmati pendidikan sudah banyak meningkat, namun tingkat buta huruf masih sangat tinggi apalagi jika bandingkan dengan yang ada di negara-negara maju. Sebagai contoh, di antara negara-negara yang paling terbelakang, tingkat melek huruf (kebalikan dari buta huruf) rata-rata hanya mencapai 45 persen dari jumlah penduduk (itu artinya tingkat buta hurufnya masih berkisar 55 persen). Untuk negara-negara Dunia Ketiga lainnya relatif sudah berkembang, tingkat melek hurufnya 64 persen. Sedangkan angka untuk negara-negara maju mencapai 99 persen.
Dewasa ini, di berbagai penjuru negara-negara Dunia ketiga, diperkirakan lebih dari 300 juta anak-anak terpaksa keluar (dropped out) dari bangku sekolah dasar dan menengah, karena berbagai alasan. Selain itu, sekitar 842 juta penduduk negara-negara Dunia Ketiga masih huruf, dan 60 persen diantaranya adalah wanita. Hal lain yang patut dicatat adalah materi-materi pendidikan yang diberikan kepada anak-anak itu pun acapkali kurang berhubungan dengan kebutuhan pembangunan nasional.

8. Produktivitas yang Rendah
Disamping standar hidup yang rendah, negara-negara juga menghadapi masalah rendahnya tingkat produktivitas tenaga kerja (Labor productivity). Rendahnya tingkat produktivitas ini disebabkan oleh beberapa hal seperti:
Sumber Daya Manusia yang Tidak Memadai
Sebelum membahas masalah ini, perlu dijelaskan di sini sebuah prinsip dalam ilmu ekonomi yang disebut dengan produktivitas marjinal yang semakin menurun (diminishing marginal productivity). Menurut prinsip ini, jika beberapa faktor produksi variabel (faktor produksi yang berubah-ubah seperti faktor produksi lainnya tetap (seperti daktor modal, tanah dan bahan baku), maka seperti melewati suatu titik tertentu, setiap tambahan suatu produk (marginal product uotput) yang bersumber dari penambahan faktor variabel tersebut akan menurun. Atas dasar prinsip ini, kita dapat menebak bahwa rendahnya produktivitas tenaga kerja di nuegara-negara Dunia Ketiga disebabkan kurangnya oleh faktor-faktor atau “pelengkap” seperti modal dan/ kecakapan SDM yang penuh pengalaman. Hal ini tentu saja membuat faktor-faktor produksi lainnya seperti modal, tanah, dan tenaga kerja tidak berkembang.

9. Kesehatan Fisik yang Rendah
Banyaknya produktivitas di kebanyakkan negara-negara berkembang bersumber dari lemahnya kektuatan dan kesehatan fisik para pekerja yang merupakan akibat dari rendahnya tingkat pendapatan. Dengan pendapatan yang pas-pasan, tentu saja sangat sulit bagi mayoritas penduduk negara-negara Dunia Ketiga untuk membeli dan mengkonsumsi makanan-makanan yang sehat dan padat gizi. Seperti kita ketahui, kekurangan gizi semasa anak-anak dapat membatasi mental dan fisik. Selain itu, menu makanan yang buruk dan tidak mencukupi, baik kualitas maupun kuantitasnya, serta standar higienis yang rendah, dapat menyebabkan kemunduran kesehatan tenaga kerja sehingga pada akhirnya nanti mempengaruhi sikap dan kesungguhan serta perhatian orang-orang yang bersangkutan terhadap pekerjaan maupun terhadap masyarakat di sekitarnya. Produktivitas yang rendah di banyak negara berkembang ternyata memang berhubungan langsung dengan kelesuan fisik maupun emosional, untuk menahan tekanan-tekanan persaingan dalam lingkungan kerja mereka sehari-hari.

10.Tingkat Pertumbuhan Penduduk dan Beban Ketergantungan yang Terlampau Tinggi
Pada tahun 1998 saja, total penduduk dunia telah mencapai 5,9 miliar jiwa, dan lebih dari empat perlima dari jumlah tersebut hidup di negara-negara Dunia Ketiga. Sedangkan orang yang menghuni negara-negara maju hanya seperlimanya. Diantara kedua negara tersebut terdapat perbedaan tingkat kelahiran maupun tingkat kematian yang sangat mencolok. Tingkat kelahiran yang dijadikan ukuran adalah tingkat kelahiran adalah tingkat kelahiran kasar (crude birthrate) yakni jumlah bayi yang lahir per tahun dan yang tetap hidup pada setiap 1000 penduduk. Tingkat kelahiran ini di negara-negara berkembang pada umumnya sangat tinggi yakni bekisar antara 30-40 untuk setiap 1.000 penduduk sedangkan angkanya di negara-negara maju kurang dari setengahnya.
Tingkat kematian (death rates), yakni jumlah orang yang meninggal tiap 1.000 penduduk pert tahun. Di negara-negara Dunia Ketiga juga relatif tinggi apabila dibandingkan angka dinegara-negara maju. Namun, berkat adanya usaha-usaha untuk memperbaiki kondisi kesehatan dan pemberantasan wabah penyakit menular, kini selisih tingkat kematian antara negara-negara berkembang dan negara-negara maju lebih kecil daripada perbedaan tingkat kelahiran. Namun, hal itu juga membawa akibat buruk, yakni rata-rata pertumbuhan penduduk pertahun di negara-negara Dunia Ketiga menjadi begitu tinggi.
Salah satu dampak yang paling menonjol atas tingginya angka kelahiran negara-negara berkembang adalah sebagian besar penduduknya terdiri dari anak-anak yang berumur 15 tahun. Hal ini megakibatkan angkatan kerja produktif di negara-negara berkembang harus memelihara lebih banyak tanggungan dibandingkan dengan yang ada negara-negara kaya. Penduduk yang berusia lanjut maupun yang masih anak-anak, secara ekonomis disebut beban ketergantungan (dependency ratio). Artinya, mereka merupakan anggota masyrakat yang tidak produktif (biasanya berumur antara 15 hingga 64 tahun). Dinegara-negara berkembang ketergantungan itu mencapai sekitar 45 persen. Selain itu, di negara-negara berkembang, beban ketergantungan yang terdiri dari anak-anak hampir mencapai 90 persen, sedangkan di negara-negara kaya hanya 66 persen.

11. Tingkat Pengangguran Penuh dan Terselubung yang Terlalu Tinggi dan Terus Melonjak
Salah satu akibat untuk sekaligus faktor penyebab rendahnya taraf hidup di negara-negara berkembang adalah terbatasnya penyerapan sumber daya, termasuk semuber daya manusia. Jika dibandingkan dengan negara-negara maju, pemanfaatan sumber daya yang dilakukan oleh negara-negara berkembang relatif sangat rendah. Ada dua penyebabnya. Yang pertama adanya pengangguran terselubung (under employment); artinya, orang-orang bekerja di bawah kemampuan terbaik yang ia miliki. Ini terlihat lebih banyak tenaga kerja di daerah perkotaan maupun pedesaan yang bekerja di bawah jam kerja normal. Mereka ini hanya bekerja harian, mingguan, atau bahkan musiman. Yang kedua adalah tingginya tingkat pengangguran penuh atau terbuka (open unemployment), yakni orang-orang yang sederhana mampu dan ingin bekerja, akan tetapi tidak mendapat lapangan pekerjaan sama sekali.
Apabila kita perhatikan tingginya kelahiran yang terjadi di negara-negara berkembang dewasa ini, maka bisa dipastikan bahwa jumlah tenaga kerja dinegara-negara Dunia Ketiga akan meningkat tajam dikemudian hari. Hal ini berarti penyediaan lapangan kerja harus segera dilipatgandakan demi memenuhi tuntutan bertambahnya jumlah angkatan tenaga kerja tersebut. Di pihak lain, daerah-daerah perkotaan semakin padat dan persaingan untuk mendapatkan pekerjaan semakin sengit karena begitu banyaknya orang-orang dari daerah pedesaan dan pinggiran kota berurbanisasi dalam rangka mencari kehidupan yang lebih baik.

12. Ketergantungan Terhadap Produksi Pertanian dan Ekspor Barang-barang Primer
Sebagian besar penduduk negara-negara Dunia Ketiga hidup dan bekerja di daerah pedesaan. Lebih dari 65 persen jumlah penduduk negara-negara berkembang tinggal menetap, bahkan turun menurun, di pedesaan, sedangkan penduduk di negara maju yang tinggal di desa-desa kurang dari 27 persen. Demikian pula halnya dengan angkatan. Sekitar 58 persen angkatan kerja di negara-negara Dunia Ketiga mencari nafkah disektor pertanian, sedangkan di negara-negara maju hanya sekitar 5 persen.

13. Tingkat Produktivitas Pertanian yang Rendah
Rendahnya tingkat produktivitas ini disebabkan oleh terlalu besarnya jumlah penduduk dibandingkan dengan luas tanah yang tersedia, juga karena teknologi yang dipergunakan disektor pertanian dinegara-negara berkembang itu sering sekali masih rendahnya atau bahkan primitif. Walaupuns suatu negara memiliki luas tanah yang berlimpah-limpah, namun,jika teknologi yang digunakan masih primitif, seperti masih yang digunakannya bajak tangan dan penyisir tanah yang digerakkan oleh manusia atau binatang (sapi, kerbau, kedelai), maka setiap petani tidak mungkin mengelolah lahan dari lebih dari 5-8 hektar. Selain itu, banyak petani di negara-negara Dunia Ketiga, khususnya dikawasan Asia dan Amerika Latin yang tidak memiliki tanahnya sendiri. Mereka hanya menyewa sebidang tanah garapan yang sempit dari para tuan rumah. Dalam kenyataannya, dibawah negara berkembang, para petani hanya memiliki tanah rata-rata seluas 1-3 hektar. Dewasa ini, luas tanah mereka tidak lagi seluas itu, dan ukurannya semakin hari semakin sempit. Hasil tanah tersebut sangat diandalkan untuk memenuhi secara beramai-ramai, baik itu secara langsung (langsung dikonsumsi oleh keluarganya) maupun tidak langsung (hasil panen tersebut dijual dulu ke daerah perkotaan dan nonpertanian), sehingga rata-rata setiap hektar tanah dipakai untuk menghidupi 10-15 orang. Oleh karena itu, wajar saja jika usaha-usaha untuk meningkatkan produktivitas pertanian serta menaikkan produktivitas pertanian serta menaikkan produksi rata-rata per hektar tanaman padi, gandum, jagung, kedelai, dam padi-padian, dewasa ini merupakan proritas utama dalam pembangunan nasional di banyak negara berkembang.

14. Ketergantungan pada Ekspor Primer
Pada umumnya, perekonomian negara-negara berkembang lebih banyak tergantung pada produksi barang primer (produk-produk pertanian, bahan bakar, hasil hutan dan bahan-bahan mentah) daripada barang-barang skunder (barang-barang hasil olahan sektor industri atau manufaktur) dan barang tersier (jasa-jasa). Produksi barang primer ini merupakan andalan ekspor yang ke negara-negara lain (baik ke negara-negara maju maupun ke sesama negara-negara berkembang). Terkecuali beberapa negara yang dianugerahi dengan sumber minyak dan mineral berharga lainnya, ekspor utama negara-negara berkembang terdiri dari bahan makanan pokok, biji-bijian nonpangan, dan bahan-bahan mentah. Di daerah Afrika sub-Sahara, misalnya 88 persen dari seluruh pendapatan ekspor didapat dari komoditi ekspor.
Ekspor berbagai macam komoditi primer itu adalah sumber devisa yang utama bagi negara-negara berkembang. Sialnya banyak negara berkembang terlilit utang luar negeri dalam jumlah yang sangat besar hingga selama periode 1980-19990-an, sebagian besar devisa hasil ekspor tersebut harus mereka relakan sebagai pembayaran cicilan dan bunga utang.

15. Sistem Hukum dan Infrastruktur yang Tidak Mapan
Di kebanyakan negara berkembang sistem hukum tidak dijalankan dengan sepenuh hati baik oleh pemerintah maupun warga negaranya sendiri. Sistem hukum yang tegas ini adalah syarat mutlak bagi terselengaranya pembangunan. Dengan sistem hukum yang mapan maka persaingan usaha di antara para pengusaha dapat dijamin sehat dan fair,dan setiap kecurangan yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu akan terlacak dan segara diambil tindakan yang sesuai hukum agar kecurangan itu tidak terjadi lagi. Sistem hukum yang mapan ini akan menjamin segala kontrak dan perjanjian bisnis, hak cipta, kegiatan perbankan, ekspor-impor, dan kegitan ekonomi lainnya.
Sesuai sistem hukum, negara-negara berkembang sangat kekurangan infrastruktur dan sistem keuangan yang memadai. Tanpa adanya jalan-jalan raya, sistem telekomunikasi, listrik, sistem keuangan dan perbankan yang kuat serta jaminannya sekali hambatan untuk maju.

16. Ketergantungan yang Dominan pada Dunia Internasional
Adalah hal yang telah menjadi lumrah bila kebanyakan negara berkembang itu sangat menggantungkan diri pada bantuan lembaga-lembaga internasional. Kita sering mendengar istilah World Bank, IMF, UNDP di koran-koran. Lembaga-lembaga ini adalah lembaga internasional yang memberikan bantuan pinjaman kepada negara-negara berkembang. Ketegantungan yang terlalu besar sangat tidak sehat karena lambat laun negara-negara berkembang ini hanya akan menjadi boneka lembaga-lembaga internasional tersebut, tanpa sedikit pun kemauan dan niat baik untuk mengandalkan kekuatannya sendiri.

SARAN
  • Pemerintah harus ikut bertanggung jawab, karena sesuai dengan pancasila sila ke lima yaitu “ Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesi dan UU 1945 “ Setiap warga negara berhak atas kehidupan yang layak”, oleh karena itu harus dibukanya lapangan pekerjaan agar mengurangi pengangguran.
  • Pemerataan pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia, agar sumber daya manusia menjadi lebih terampil.
  • Mengurangi Import dari luar negeri sehingga produk dalam negeri dapat menjadi raja dirumah sendiri.

TUGAS SOFTSKILL 3

 ARLYO FEBRO/ 22209246/ 4EB19

Kasus Letter of Credit

L/C di sini dimaksudkan menjembatani perdagangan internasional atau antar negara dimana pembeli dan penjual belum saling mengenal baik, maka dengan media L/C resiko non payment dapat dialihkan ke bank yang terkait dalam proses L/C (Issuing bank, negotiating bank, confermingbank).
L/C yang merupakan singkatan dari Letter of Credit, kadang disebut juga sebagai Credit khususnya dalam Uniform Customs and Practice (UCP). Disamping itu Documentary Credit juga dikenal sebagai istilah yang umumnya dipakai dalam konfirmasi L/C (lembaran L/C). Documentary Credit mengandung arti bahwa bank hanya bertanggung jawab sebatas dokumen dan tidak bertanggung jawab atas komoditi yang dikapalkan apakah sesuai degan yang tersurat dalam dokumen. Singkat kata petugas bank tidak berurusa dengan barang yang dikapalkan.
L/C merupakan janji bayar dari Bank Pembuka kepada pihak Eksportir sepanjang mampu menyerahkan dokumen yang sesuai dengan syarat dan kondisi L/C. Bagi para nasabah importir, BCA menyediakan jasa layanan untuk penerbitan berbagai jenis L/C, mulai dari Sight L/C (atas unjuk), Usance L/C (berjangka), Red Clause L/C (pembayaran di muka), hingga Standby L/C. Penerbitan L/C dapat dilayani dalam 22 mata uang asing ke berbagai penjuru dunia di mana anda bermitra bisnis. Suatu instrumen (dapat berupa telex, swift, surat) yang dikeluarkan oleh bank (bank penerbit L/C) atas permintaan nasabahnya (importir/ buyer/applicant) yang memberikan kuasa kepada penjual (eksportir/ seller/beneficiary) untuk menarik dengan sehelai wesel/draft sejumlah uang jika telah memenuhi syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam instrumen tersebut.

Berikut ini kami tambahkan dua kasus mengenai Letter of Credit agar kami lebih mengenal lagi mengenai L/C lebih jauh. Sebelum pembahasan lebih lanjut mengenai kasus, kami membuat bagan sederhana mengenai Letter of Credit:
Proses nya adalah sebagai berikut:
  1. Buyer berinisiatif untuk memesan barang atau jasa
  2. Seller meminta buyer untuk membuka sebuah L/C, dengan memberitahukan “Term and Condition” yang bisa diterima serta nama Bank Penerima yang ditunjuk
  3. Buyer meminta Bank dimana rekeningnya berada (Bank Penerima) untuk membuka sebuah L/C  dengan memberitahukan “Terms and Condition” yang bisa diterima dan nama Bank Penerima yang ditunjuk oleh seller
  4. Bank Penerbit membuka sebuah L/C dan mengirimkannya kepada Bank Penerima (memberi Copy-nya kepada buyer, buyer mengirimkan ke pihak seller juga)
  5. Bank Penerima menyampaikan L/C kepada seller
  6. Setelah barang atau jasa yang telah dipesan siap untuk dikirim, Seller menyiapkan dokumen yang dipersyaratkan di dalam L/C. Jika dokumen telah siap maka seller menyerahkan dokumen kepada Bank Penerima
  7. Bank Penerima mempelajari dokumen, jika telah memenuhi syarat maka dokumen akan dikirim ke Bank Penerbit untuk meminta pembayaran
  8. Begitu dokumen diterima, Bank Penerbit akan memeriksa kelengkapan dan kesesuaian dokumen yang diterima dengan Term and Condition di dalam L/C. Jika sesuai maka Bank Penerbit akan membayar pihak seller melalui Bank Penerima, serta mengirimkan dokumen tersebut kepada pihak Buyer. Dengan dokumen asli yang diterima dari Bank Penerbit, pihak Buyer akan mengambil barang/jasa di custom, tanpa dokumen asli tersebut, pihak buyer tidak bisa mengambil barang/jasa tersebut.
Maka berikut ini akan disajikan salah satu kasus L/C

Pada bulan Oktober, sebuah perusahaan Perancis (penjual) dan perusahaan Shanghai (pembeli) telah menetapkan suatu kontrak penjualan 200 set komputer elektronik (1000 USD masing-masing), dan pembayaran akan dilakukan berdasarkan surat irrecoverable kredit. Dan pengiriman harus dilakukan pada Desember di Port de Marseille. Pada tanggal 15 November, Bank of China Cabang Shanghai (bank penerbit) membuat surat tidak dapat dibatalkan $ 200,000 kredit sesuai dengan instruksi pembeli dan menugaskan sebuah bank Perancis di Marseille untuk memberitahu dan bernegosiasi surat kredit. Pada tanggal 20 Desember penjual memuat 200 komputer di papan dan mendapatkan bill of lading, polis asuransi, faktur dan dokumen lain seperti yang dipersyaratkan oleh letter of credit. Dan kemudian ia pergi ke bank Marseille untuk negosiasi. Setelah meninjau, dokumen konsisten, sehingga bank telah membayar $ 200.000 langsung ke penjual. Pada saat yang sama, 10 hari kapal kargo meninggalkan pelabuhan Marseilles, kargo, bersama dengan semua barang, tenggelam ke laut dalam badai berat. Pada saat itu bank penerbit telah menerima seluruh rangkaian dokumen dan pembeli sudah tahu total kerugian dari barang. Bank of China Cabang Shanghai berniat untuk mengganti bank negosiasi untuk membayar harga pembelian sebesar $ 200.000 dengan alasan bahwa pelanggan tidak bisa mengharapkan barang. Sesuai dengan praktek-praktek perdagangan internasional, pertanyaan-pertanyaan berikut akan ditanya:
a.       Kapan risiko kiriman ditransfer dari penjual kepada pembeli?
b.      Apakah issuing bank akan dibebaskan dari kewajiban pembayaran karena hilangnya total barang, Jika demikian, atas dasar apa?
c.       Bagaimana untuk mengkompensasi hilangnya pembeli?


 SOLUSI

a.       Risiko akan dialihkan dari penjual kepada pembeli sejak barang dimuat di atas kapal di pelabuhan pengiriman.
b.      Bank penerbit tidak memiliki hak untuk menolak pembayaran. Menurut International Chamber of Commerce Seragam Bea dan Praktek Kredit Dokumenter, surat dari transaksi kredit yang independen dari kontrak penjualan. Dan Bank hanya bertanggung jawab untuk pemeriksaan dokumen. Selama dokumen tersebut sejalan dengan ketentuan kredit, Bank diwajibkan untuk mengasumsikan kewajiban pembayarannya.
c.       Pembeli dapat mengklaim kompensasi dari perusahaan asuransi Penjual dengan dokumen asuransi lain yang relevan dan bukti sinkage kapal kargo.

Analisa mengenai L/C diatas :
1.pembeli (buyer) adalah perusahaan sanghai
2.penjual (seller) adalah perusahaan perancis
3.Bank eksportir adalah Bank marseille
4. Bank importir adalah Bank of china cabang sanghai

Jumat, 05 April 2013

tugas softskill 1 (kurs)


Mata uang
Kurs jual
Kurs beli
USD (US Dollar)
9,885.00
9,585.00
SGD (Singapore Dollar)
7,910.32
7,810.32
HKD (Hongkong Dollar)
1,261.85
1,246.05
JPY (Japan Yen)
103.11
99.12
EUR (Eropa Euro)
12,800.65
12,384.65
DKK (Krona Denmark)
1,728.40
1,657.70
SEK (Krona Swedia)
1,533.70
1,473.40
CHF (Swiss Franc)
10,535.05
10,183.05
GBP (Inggris Poundsterling)
15,084.65
14,568.65
AUD (Australian Dollar)
10,327.20
9,975.20
NZD (New Zealand Dollar)
8,348.25
8,036.25

Nama : Arlyo Febro (22209246)
                  Kurs mata uang jumat, 5 april 2013


CONTOH SOAL :
1.   Tn Honda datang ke indonesia dengan membawa uang sebesar 100.000 JPY. Jika Tn Honda menukar ke bank,ia akan memperoleh berapa rupiah ?
Jawab !
JPY=100.000 x 99,12
Kurs beli = 9912000 Rupiah         

2.   Tn rasdi mengimport mobil dari singapur dengan harga 10.000 SGD.berapa JPY yg harus dibayar TN rasdi ?
Jawab !
SGD=10.000 x 7,910.32 = 7910320000
103.11
                                                =767172,9221220056

3.   Roney ingin membuka usaha dibidang impor gula dari hongkong.ia membutuhkan HKD 100000 untuk modal usahanya.Berapa rupiah yang harus ia siapkan jika ia punya tabungan sebesar 2000 JPY ?
Jawab !
tabungan
tabungan= 2000 x 9585 = 19170000
                   100000 x 1261 = 126100000
Kekurangan= 19170000 – 126100000 = -106930000

4.   Tn anto dapat transfer uang sebesar 1000 euro.dia akan membeli prlengkapan futsal 200 USD.berapa rupiah yang harus ia siapkan?
Jawab!
1000 x 12384 =12384000
Alat perlengkapan(USD)=200 x 9885 =1977000
1977000 – 12384000 = -10407000

5.   Joko mempunyai uang 5000 USD. Jika ia ingin menukarnya kedalam rupiah berapa rupiah yang ia dapatkan ?
Jawab !
USD = 5000 x 9585
Kurs beli = 47925000

6.   Topik ditransfer uang oleh pamannya di australia sebesar AUD 2500. Kemudian ia membeli motor sebesar 20 juta rupiah.Berapa rupiah sisa uang topik ?
Jawab !
2500 x 9975 =24937500
24937500 – 20.000.000 = 4.937.500 Rupiah

7.   Tomo import mobil dari australia dengan harga 10000 AUD.Berapa JPY yg harus dibayar Tomo ?
Jawab !
10000 x 10327 = 103270000
                                  103
                             = 1002621,359223301


8.   Kagawa liburan keindonesia.ia punya uang 120000 JPY. Jika ditukar dibank ia memperoleh berapa rupiah ?
Jawab !
JPY = 120.000n x 99
Kurs beli = 11880000 rupiah

9.   Cavani membuka usaha garam dari amerika.ia membutuhkan 10000 USD untuk modal usahanya. Berapa rupiah yang harus ia siapkan jika punya tabungan 500 NZD ?
Jawab !
NZD = 500 x 8036 = 4018000
USD = 10000 x 9885 =98850000
4018000 – 98850000
= -94.832.000

10.               Lola membeli sepatu di amerika sebesar 1000 USD.Berapa rupiah kah itu ?
Jawab !
USD = 1000 x 9585
Kurs beli = 9.585.000 rupiah